PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PEMBERIAN TUGAS (RESITASI) DAN PEMBERIAN KUIS UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP)


PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PEMBERIAN TUGAS (RESITASI) DAN PEMBERIAN KUIS UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
 (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP)

Diseminarkan pada : INTERNATIONAL SEMINAR EDUCATIONAL COMPARATIVE IN CURRICULUM FOR ACTIVE LEARNING BETWEEN INDONESIA AND MALAYSIA 2011 (UPI Bandung)
Oleh : Drs. Nurudin, M.M
 

A. PENDAHULUAN
            Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenario kegiatan pembelajaran di kelas.
            Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.
            Pembelajaran menggunakan diskusi kelompok sudah sering dilakukan oleh guru, tetapi pembelajaran yang bagaimanakah yang memenuhi pembelajaran kooperatif yang perlu diketahui oleh guru? Selain itu, materi-materi apakah yang “sesuai” apabila menggunakan pembelajaran kooperatif?. Menurut Anita dalam Cooperative Learning (2008), situasi dalam kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan mereka untuk memahami proses belajar dan memahami satu sama lain. Diharapkan, guru dapat menciptakan situasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa dapat bekerjasama dalam kelompok serta mengembangkan wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif, diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif.
            Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Oleh karena itu matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah baik di sekolah dasar, sekolah lanjutan sampai dengan perguruan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena matematika merupakan sarana berfikir untuk menumbuh kembangkan pola berfikir logis, sistematis, obyektif, kritis dan rasional. Usaha perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan, termasuk kualitas pendidikan matematika sekolah. Namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan sangat besar antara kenyataan dengan hasil yang diharapkan.
            Rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa mungkin saja disebabkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif belum sepenuhnya dilaksanakan. Pembelajaran secara konvensional yang terlaksana sampai saat ini di sekolah-sekolah, guru terlalu mendomonasi pembelajaran sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran masih sangat kurang. Pada pembelajaran konvensional, siswa bukan lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan obyek pembelajaran. Keadaan seperti ini sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya, siswa seharusnya dituntut untuk mengkonstruksi, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah selama pembelajaran berlangsung.
            Strategi pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan proses belajar disamping hasil belajar yang akan diperoleh. Hal ini berarti siswa diharapkan agar secara aktif dapat membangun atau membentuk sendiri pengetahuan yang dipelajari dalam pembelajaran. Untuk itu makalah ini mencoba mengungkap Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Pemberian Tugas (Resitasi) dan Pemberian Kuis Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar dan Meningkatkan Hasil Belajar Matematika (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII.A. SMP Negeri 9 Cimahi)

B. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme. Slavin (2000: 259) menyatakan:
Construktivist approaches to teaching typically make extensive use of cooperative learning, on the theory that student will more easily discover and comprehend difficult concepts if they can talk with each other about the problems.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran secara khusus membuat belajar kooperatif ekstensif, secara teori siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya dengan temannya.
            Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecil si pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar. Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan selanjutnya pembelajaran ditingkatkan (Karen L.Medsker and Kristina M. Holdsworth, 2001,h.287)
            Menurut Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.     
            Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
            Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning (2008), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.
            Banyak keluhan-keluhan guru tentang pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah dilakukan, diantaranya:
a. pemborosan waktu;
b. siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam kelompok;
c. siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya tidak adil;
d. siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu;
e. terjadi situasi kelas yang gaduh.
            Telah disebutkan di atas bahwa tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
            Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
            Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masingmasing individu.

Terdapat 6(enam) sintaks/langkah dalam pembelajaran kooperatif
Langkah
Indikator
Tingkah Laku Guru
Langkah 1
menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan
mengomunikasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
Langkah 2
menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa.
Langkah 3
mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menginformasikan
pengelompokan siswa.
Langkah 4
membimbing kelompok
belajar
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa untuk
materi pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Langkah 6
Memberikan Penghaegaan
Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan
kelompok.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
            Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) adalah tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI (TeamAssited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Dalam artikel ini, akan dibahas pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alasan dipilih pembahasan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misalnya antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
e.  Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

C.PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP
            Penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika SMP difokuskan kepada teknik pemberian tugas (resitasi) dan pemberian kuis. Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian Tindakan Kelas dari penulis di kelas VII A pada SMP Negeri 9 Cimahi, dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa pada bahasan pecahan..


























1. Prosedur Penelitian
a.Menentukan Instrumen Penelitian
            Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pembelajran, seperangkat tes dalam bentuk uraian, Lembar Kerja Siswa  ( LKS ) lebar observasi dan angket. Melalui observasi diharapkan akan diperolah informasi mengenai gambaran pembelajaran yang berlangsung, seperti aktivitas siswa, suasana kelas, pola interaksi, penampilan guru, serta kejadian yang dianggap penting.
            Observasi dilakukan pada setiap pembelajaran olah rekan guru lain secara lain secara langsung. Adapaun aspek-aspek yang dinilai adalah:
1.Memperhatikan penjelasan guru.
2.Bekerjasama dalam kelompok.
3.Mengisi Lembar Kegiatan Siswa.
4.Siswa mengajukan pertanyaan.
5.Menjawab pertanyaan / menanggapi pertanyaan
6.Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas
7.Berperilaku tidak relevan selama KBM.
            Angket setiap siswa digunakan untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Angket yang diberikan untuk ditanggapi oleh siswa memuat kategori sikap, yang keseluruhannya merupakan pertanyaan positif. Angket diberikan setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai atau setelah dilaksanakan siklus I, II dan III.(tiap siklus 2 x 40 menit/satu kali pertemuan)
b. Pelaksanaan Tindakan (Siklus)
Banyaknya siklus dalam penelitian ini adalah 3 siklus, yaitu :
1. Siklus I  (2 x 40 menit)
2. Siklus II (2 x 40 menit)
3. Siklus III (2 x 40 menit)
c.Tahap Evaluasi
1. Menghitung nilai hasil belajar siswa ( tiap Quis )
2. Menghitung tabel ketuntasan individu ( daya serap )
3. Menghitung ketuntasan kelas
4. Membuat tabel hasil observer
5. Membuat tabel hasil angket siswa

2. Hasil Penelitian
a. Hasil Penelitian Tindakan I ( Siklus I )
U r a i a n
Quis 1-1
Quis 1-2
Quis 1-3
Quis 1-4
Rata rata nilai akhir
5.97
6.13
6.10
6.25
Rata rata Daya Serap
59.65 %
61.3 %
60.99 %
62.47 %
Ketuntasan Kelas
58.14 %
60.47 %
62.79 %
65.12 %


b. Hasil Penelitian Tindakan II ( Siklus II )
U r a i a n
Quis 2-1
Quis 2-2
Quis 2-3
Quis 2-4
Rata rata nilai akhir
6.44
6.56
6.71
6.80
Rata rata Daya Serap
64.39  %
65.55  %
67.05  %
68.02  %
Ketuntasan Kelas
69.77  %
72.09 %
72.09 %
74.42  %

c. Hasil Penelitian Tindakan III ( Siklus III )
U r a i a n
Quis 3-1
Quis 3-2
Quis 3-3
Quis 3-4
Rata rata nilai akhir
6.80
6.89
6.98
7.13
Rata rata Daya Serap
64.39  %
68.90   %
69.83  %
71.28  %
Ketuntasan Kelas
72.69  %
74.42  %
76.74  %
79.07  %

d. Rekpitulasi Rata-Rata Nilai, Daya Serap dan Ketuntasan Kelas Tiap Siklus
U r a i a n
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai Rara-Rata
6,11
6,63
6,95
Daya Serap
61,11 %
66,25 %
69,51 %
Ketuntasan Kelas
61,763 %
72,09 %
75,58 %

e.Rekapitulasi Aktivitas Siswa
No
Siklus I ( % )
Siklus II ( % )
Siklus III ( % )
1
86,05
90,69
95,34
2
27,91
51,16
72,09
3
100
100
100
4
16,27
39,53
41,86
5
34,88
46,51
53,49
6
62,79
69,77
88,37
7
30,23
118,6
6,98
D. KESIMPULAN
               Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penggunaan metode pemberian tugas (resitasi ) dan pemberian kuis pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar di kelas VII A SMP Negeri 9 Cimahi, dibuktikan dengan adanya kenaikan yang terjadi pada rata rata nilai, rata rata daya serap dan rata rata ketuntasan kelas.
2.      Penggunaan metode pemberian tugas ( ressitasi ) dan pemberian kuis pada materi pecahan di kelas VII A SMP Negeri 9 Cimahi, dapat menumbuhkan motivasi belajar, dibuktikan dengan menigkatkan aktivitas belajar siswa dari Siklus I sampai Siklus III.
3.      Tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pemberian tugas dan pemberian kuis pada materi pecahan in positif, hal ini ditunjukan dengan hasil angket yang menggambarkan lebih dari 80 % siswa setuju atau sangat setuju penerapan metode tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

......http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf

......http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-matematika-          dengan.html

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

David W.J, Roger, T.J, &  Edithe J.H. 1994. Cooperative Learning in The Classroom.       Virginia: ASCD

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek
            Peningkatan Mutu SLTP

Komentar

Postingan Populer